Sabtu, 13 Juni 2015

Author Note (;

Hi semuaaaaa.
Untuk Brother Bad Boys chapter berikutnya bakal aku post kalo ada modem/wifi. Hahaha. Aku usahain deh. Tapi kalo masih penasaran langsung aja ke sini ke akun wattpad ku. Brother Bad Boys udah tamat kalo disana. Cuma aku posting lagi disini. Biar blog ku gak kosong. so, see you next soon.
*nanti aku bakal post cerita yang lain dari wattpadku :)
**jangan lupa kritik dan saran ya, vote juga buat ceritanya di wattpad :3 tysm

Sincerely, Agustin Wahyuningtyas Cx

Brother Bad Boys - Chapter 2

Sepanjang perjalanan didalam mobil, Megan dan Justin tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Justin sedang berkonsentrasi menyetir sementara Megan sesekali melirik ke arah spion tengah untuk melihat Justin. Raut muka Justin begitu serius memandang ke arah jalan. Tidak ada seulas senyumpun dibibirnya.

      ‘Mungkin dia benci sekolah. Sama seperti ku. Atau karena hari senin. Atau.. Jangan-jangan dia hanya berakting.. Bisa jadi..’batin Megan sembari terus melihat spion. Merasa dipandangi terus menerus oleh Megan, Justin akhirnya melihat Megan dari spion yang sama. Dan benar saja Megan sedang memperhatikannya.

      “Kenapa melihatku seperti itu? Kau suka pada ku?”tanya Justin to the point. Nada bicara dan raut mukanya tetap datar. Meskipun ia bermaksud untuk menggoda Megan.

      “Ewh.”ejek Megan.

      Sepanjang sisa perjalanan mereka kembali terdiam. Yang bisa dilakukan Megan hanyalah bernafas. Menghirup udara yang ada didalam mobil milik Justin. Sejak pertama masuk ke dalam mobil ini, Megan sudah jatuh cinta pada aroma parfum milik Justin. Dari dulu Megan sangat senang dengan parfum pria. Bahkan ia sangat suka dengan parfum ayahnya. Setidaknya ia bisa tenang dengan menghirup udara yang ada.

      Iris abu-abu Megan menatap lurus jalanan. Ia mencoba menghafal rute jalan ke sekolah. Sehingga ia bisa berangkat sekolah sendiri, terlebih jika suatu waktu ia sedang berperang dengan Justin.

      Dua puluh menit kemudian, mata Megan menangkap sebuah bangunan yang cukup mewah. Dan jauh dari keramaian kota. Ada sebuah tulisan ‘Rillian International High School’. Ia yakin ini adalah sekolah barunya.

      ‘Lumayan mewah’gumamnya.

      Kemudian Justin mengarahkan mobilnya ke tempat parkir. Tiba-tiba segerombolan gadis berlari mengejar mobil sport tersebut sambil meneriakkan nama pemiliknya. Justin.

      “Justiiiiin!!!!!!!”
      “Justin! We love you!!”
      “Justin baby!!!!”

      Megan terkejut ketika akhirnya mendengar teriakan-teriakan tersebut. Ia melihat ke belakang mobil. Matanya melotot ketika melihat gadis-gadis cantik berlarian sembari berteriak dengan kerasnya. Sebagian dari mereka membawa poster Justin-yang entah untuk apa gunanya.

      “Hey, siapa mereka? Penggemarmu?”tanya Megan pada Justin yang masih menyetir.

      “Penggemar berat ku. Kenapa? Terkejut?”jawab Justin dengan santainya.
      “Sedikit. Orang jahat sepertimu punya penggemar. Heran saja. Dimana mata mereka.”sindir Megan seraya melipat kedua tangannya didepan dada.
      Justin tidak menghiraukan ucapan Megan.

      ‘Mungkin karena ini Justin terlihat begitu malas untuk sekolah. Atau mungkin hal yang lain? Perasaanku jadi tidak enak.’batin Megan.

      “Justiiiiiiin!!!!!”teriak gadis-gadis itu dengan keras.

      “Hey, dia membawa seorang perempuan!”ucap salah seorang diantara mereka.

      Megan yang mendengar perkataan gadis itu langsung tersadar dari lamunannya. Ia melihat jendela mobil disebelahnya. Penggemar fanatik Justin sudah menggelilingi mobil sang idola. Sedetik kemudian, Justin keluar dari dalam mobilnya, disambut oleh teriakan gadis-gadis penggemarnya. Megan kemudian ikut keluar dari dalam mobil. Disaat itu juga keheningan mulai terjadi. Gadis-gadis itu menatap Megan. Mereka mulai berbisik satu sama lain.

      “Siapa dia?”
      “Pacar baru Justin?”
      “Tidak mungkin!”
      “Dia tidak pernah dekat dengan siapapun.”
      “Kecuali dengan..”
      “Miranda si dokter sekolah.”

      ‘Miranda?’gumam Megan. ‘Jadi dia sudah punya pacar rupanya?’lanjutnya.

      “Ayo.”ucap Justin yang ternyata sudah ada disamping Megan. Ia membawa adik barunya itu memasuki gedung sekolah. Meninggalkan penggemarnya dengan berbagai pertanyaan.

      Sepanjang koridor, semua murid memperhatikan Megan dan Justin. Sama seperti penggemar Justin yang ada di tempat parkir. Mereka saling berbisik satu sama lain.

      Megan merasa sedikit risih dengan pandangan mereka. Ia melihat Justin disampingnya. Kemudian ia tersadar bahwa Justin menggandeng tangannya. Dengan segera ia melepaskan tangannya tersebut.

      "Kenapa? Tidak suka digandeng?”tanya Justin.

      Megan tidak menjawab, ia hanya mengalihkan pandangannya ke sekitar agar tidak merasa canggung.

      Kemudian mereka berdua berjalan dalam diam. Hingga Justin berhenti didepan sebuah pintu lalu berkata, “Ini ruang kepala sekolah. Masuklah dan tanya tentang sekolah mu.”dengan datar.

      Megan langsung masuk ke dalam ruangan tersebut. Setelah itu Justin berjalan pergi menuju kelasnya yang ada dilantai tiga.

***
      Seluruh pasang mata yang ada dikelas 1-2 menatap iris abu-abu milik Megan. Beberapa diantara pemilik mereka berbisik satu sama lain. Beberapa diantaranya tidak begitu peduli dan sisanya seperti ingin segera tau siapa gadis berambut cokelat dihadapan mereka.

      “Baiklah, perkenalkan dirimu.”ucap Mr. Thomas guru pelajaran bahasa perancis yang saat itu sedang mengajar kelas baru Megan.

      “Ehm. Hai. Aku Megan Alvord. Aku baru saja pindah dari London kemarin, dan sekarang aku bersekolah disini.”jelas Megan sedikit gugup.

      “Ada yang ditanyakan?”kata Mr. Thomas.

“Megan, kulihat kau berangkat bersama Justin, sebenarnya apa hubunganmu dengannya?”tanya seorang perempuan berambut blonde to the point.

      “Ya, bagaimana kau bisa sedekat itu dengannya?”tambah yang lain.

      ‘Kenapa mereka semua bertanya seperti itu? Sebenarnya siapa Justin, kenapa dia seperti membawa pengaruh besar disekolah?’batin Megan.

      “Baiklah, silahkan dijwab Megan.”ucap Mr. Thomas.

      “Justin adalah kakakku.”jawab Megan akhirnya.

      ‘Puas?’batinnya.

      “A..apa?”

      “Tidak mungkin!”

      “Kau bercanda? Justin tidak punya adik. Dia anak tunggal!”ucap si gadis blonde tidak percaya.

      “Sungguh. Dia kakakku. Sejak dua bulan yang lalu. Orang tua kami baru saja menikah. Jadi, sejak saat itu Justin adalah kakakku.”jelas Megan.

      “Baiklah, Megan, kau ku persilahkan untuk duduk.”kata Mr. Thomas.
      Megan berjalan ke arah tempat duduknya. Tepat ditengah-tengah kelas. Dibelakang si gadis blonde.

      Gadis blonde itu berbalik menghadap Megan saat ia sudah duduk dibangkunya.

      “Jessica.”ucapnya memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangannya.

      “Megan.”kata Megan seraya menjabat tangan Jessica.

      “Bagaimana rasanya menjadi adik dari bintang sekolah?”tanya Jessica.

      “Umm.. entahlah, aku baru pindah kemari.”jawab Megan. Jika boleh jujur, ia akan bilang tidak suka menjadi adik Justin.

      Jessica tersenyum. “Jika butuh sesuatu katakan saja padaku.”ujarnya.

      “Baiklah. Terima kasih.”kata Megan dengan senyum. Sepertinya ia sudah mendapatkan teman baru.

      “Psst.. Megan..”

      Merasa namanya dipanggil, Megan menoleh kebelakang. Kemudian ia melihat seorang gadis berambut cokelat tepat dibelakangnya.
      “Hai Megan!”ucapnya bersemangat.

“Hai..”ucap Megan singkat.

      “Panggil saja aku Tiffany.”katanya memperkenalkan diri.

      “Megan, jangan berteman dengannya, dia gadis hiperaktif!”sahut seorang lelaki berambut cokelat yang duduk diseberang Megan.

      “Ish! Tidak bisakah kau diam? Dasar anak aneh!”bentak Tiffany.

      “Hai Megan!”ucap lelaki tersebut sambil melambaikan tangannya pada Megan.

      Megan hanya tersenyum.

      “Panggil saja aku Rilian..”tambahnya meniru logat bicara Tiffany.

      “Rilian? Sepertinya aku pernah tau nama itu..”kata Megan. Jessica segera berbalik menghadap Megan.

      “Ya, kau benar. Dia adalah cucu dari pemilik sekolah ini. Rilian International High School. Sayanganya, nama itu tidak pantas untuk disandang oleh bocah ingusan sepertinya. Ironis bukan?”celetuk Jessica kemudian tertawa. Megan tertawa kecil. Sementara pipi Rilian bersemu merah.

***
      Setelah empat jam pelajaran, saatnya jam istirahat. Jessica mengajak Megan untuk pergi ke kantin. Mereka berjalan dikoridor sambil bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing.

      “Aku tidak percaya jika Justin menyambut mu seperti itu. Maksudku, dia pangeran sekolah, idola para gadis disekolah, bahkan gadis dari sekolah lain pernah mengaku sebagai pacarnya. Ironis bukan? Hahaha..”ujar Jessica yang diselingi dengan tawa.

      “Ya, tidak masalah jika kau tidak percaya. Justin adalah orang yang pandai memainkan drama. Kau tau, aku jadi mengacaukan makan malam pertama keluarga kami, gara-gara aku terpancing emosi karenanya. Dan dia bilang akan membalasku hari ini.”jelas Megan tak mau kalah.

      “Balas dendam ya? Aku dan kakakku juga seperti itu, sering bertengkar satu sama lain. Tidak masalahkan? Lagi pula, sejauh ini, tidak ada hal buruk yang menimpa mu kan?”ujar Jessica.

      ‘Memang benar.’

      “Jessica, sepertinya kau tau banyak tentang Justin, kau suka padanya?”tanya Megan.

 Seketika itu juga Jessica menghentikan langkah kakinya.

      “A..apa? Tentu saja tidak!”jawabnya sembari melambaikan kedua tangannya didepan wajah. Pipinya memerah.

      “Oh ya?”goda Megan. “Jika tidak suka, kenapa kau tau banyak tentangnya?”lanjut Megan.

      “Bagaimana ya.. lagipula Justin adalah bintang sekolah, jadi mau tidak mau kau pasti mendengar berita tentangnya setiap hari.”jelas Jessica.

      Tiba-tiba beberapa orang siswa berlarian menyusuri koridor sekolah.
      “Wow, ada apa ini?”ucap Jessica.

      “Hey, hey, Rilian, ada apa? Kenapa semua orang berlarian?”tanya Jessica yang saat itu berhasil menarik lengan Rilian untuk melontarkan pertanyaan.

      “Justin.. Dia berkelahi dengan Riley!”jawab Rilian tergesa-gesa. Setelah itu ia pergi.

      “Apa? Lagi?”tanya Jessica pada dirinya sendiri.

      “Jess, sebaiknya kita segera pergi melihatnya!”kata Megan yang langsung menarik tangan Jessica.

      “Kau benar.”ucapnya.

***
Hoho, part 2 sampek sini, gimana? Penasaran? Mau lanjut? Sabar ipin sabar. Puase lah. Wkwkwk. Nextnya tunggu pulsa modem yaaaaaa. Hoho.
***
Catatan:
Cerita ini udah pernah aku post di akunku wattpad.com/strawberryraindrops yang punya wattpad silahkan difollow nanti aku follow back :D

Rabu, 11 Maret 2015

Brother Bad Boys - Chapter 1

Brother Bad Boys

      Megan memutar bola matanya sebal karena sikap ayahnya. Bukannya apa-apa. Ia sudah mengijinkan ayahnya untuk menikah lagi. Tapi jika harus pindah ke Amerika? Ini sudah berlebihan bagi Megan.

      “Ayolah Megan, kau akan senang disana. Kau akan bertemu banyak orang baru. Oh, dan kakak mu. Dia pasti akan senang.”ujar ayahnya yang berjalan disamping Megan.

      “Hm. Yeah.”desah Megan dengan malas. Ayahnya hanya tersenyum.
      Megan benar-benar malas. Apalagi mereka harus naik pesawat dihari minggu. Dan besok ia pasti sudah harus bersekolah disana. Ia membayangkan bagaimana rasanya sekolah di Amerika. Harus memperkenalkan diri, beradaptasi, mencari kawan baru dan sebagainya. Megan memang orang Amerika. Tapi sejak kecil ia tinggal di London. Ia tidak mengerti sama sekali tentang Amerika. Itulah sebabnya ia tidak suka Amerika.

      “Hei, bersemangatlah! Kau tidak sendiri disana.”ujar ayahnya sembari tersenyum. Megan kembali memutar bola matanya sebal. Ia tau yang dimaksud oleh ayahnya adalah Justin. Kakak tirinya. Ia pernah dengar banyak hal buruk tentang Justin. Tapi semoga saja itu tidak benar.
***
      Megan mengangkat tas dan koper serta barang bawaan lainnya dari dalam bagasi taksi yang ia tumpangi. Setelah ayahnya membayar ongkos, taksi tersebut pergi.

      “Jadi, apa ini rumahnya?”ucap Megan akhirnya setelah memperhatikan rumah dihadapannya. Rumah dengan nuansa warna putih. Ia yakin, ibu barunya adalah seorang dokter.

      “Tepat sekali. Ayo masuk.”kata ayahnya sembari berjalan mendekati pintu utama rumah dihadapannya.

      Megan memperhatikan halaman depan rumah barunya itu. Rumah yang dipagari tinggi-tinggi. Serta air mancur ditengah-tengah halaman depan. Ia tersenyum kecil. Mungkin ia akan betah tinggal disini.

      Tidak berapa lama kemudian seorang wanita membukakan pintu. Ia terlihat gembira ketika melihat kedua orang tamu yang ada dihadapannya.
      “David!”serunya seraya memeluk pria didepannya.

      “Aku tidak tau kau akan datang lebih awal. Kenapa kau tidak mengabariku?”lanjut wanita tersebut.

      “Ini kejutan!”ucap pria itu. Wanita yang bernama Patricia itu segera melepaskan pelukannya ketika ia melihat sosok Megan.

      “Hai sayang, bagaimana penerbangan mu?”tanya Patricia sembari memeluk Megan.

      “Baik.”ucap Megan ala kadarnya.

      “Aku senang jika kau akhirnya mau tinggal disini.”tambah Patricia saat melepaskan pelukannya. Megan tersenyum.

      “Ya, kurasa Amerika tempat yang indah. Untuk menjalani hidup yang baru.”dusta Megan.

      “Baiklah, ayo masuk!”ajak Patricia.

      Lagi, Megan memutar bola matanya. Ia ingin muntah setelah berkata seperti itu. Mulutnya terasa pahit. Sebelum mereka masuk kedalam rumah sebuah mobil Karma Fisker putih berhenti tepat didepan pintu masuk.

      Seorang lelaki dengan kaus putih dan jaket kulit dengan bawahan jeans serta sepatu sneaker putih kemudian keluar dari dalam mobil tersebut. Tidak lupa si pemilik mobil itu mengenakan kacamata hitam.

      “Ah, itu Justin.”ucap Patricia lalu menghampiri Justin dan seperti kebiasaanya, menyambut seseorang dengan pelukan.

      Mereka berdua berjalan menghampiri Megan dan ayahnya.

      “Justin, ini David dan Megan. Mereka berdua akan tinggal disini.”ucap Patricia mengenalkan putranya kepada David dan Megan.

      “Oh, hai.”ucap Justin tersenyum.

      “Baiklah, karena sudah hampir larut, sebaiknya kita masuk. Oh, Justin, bantu Megan untuk membawa barang-barangnya. Sekalian antarkan dia ke kamar barunya.”jelas Patricia seraya berjalan bersama David kedalam rumah.

      Justin yang berdiri tepat didepan Megan segera melepas kacamata hitamnya lalu berkata, “Jadi kau yang namanya Megan? Calon adik tiri ku itu?”.

      “Ya.”ucap Megan singkat.

      “Hmm..”Justin mengangkat tas milik Megan kemudian ia berbisik “Selamat datang di neraka.” lalu masuk kedalam rumah.

      ‘Calon adik tiri? Bukankah ibunya sudah menikah dengan ayah ku dua bulan yang lalu?’ Megan menggelengkan kepalanya.

      Dari ucapan Justin, ia sudah bisa menebak bahwa kakak tirinya ini memang pria yang buruk. Ia menghilangkan prasangka baiknya jika kakaknya bukan seperti kabar yang pernah ia dengar. Justin adalah Bad Boys!

      Megan segera berjalan mengikuti Justin yang sudah menaiki anak tangga terlebih dahulu. Setelah berada dilantai dua ia melihat Justin berdiri didepan sebuah pintu yang dekat dengan anak tangga. Ia meletakkan tas Megan didepan pintu itu.

      “Ini kamar mu. Dan disebelahnya adalah kamarku. Kamar ayah dan ibu ada dibawah. Jadi, aku yang berkuasa dilantai dua rumah ini. Jangan macam-macam dengan ku.”jelas Justin saat Megan telah berada didekatnya.
      ‘wow’ gumam Megan. ‘sambutan yang mengejutkan’.

      “Ok.”ucap Megan singkat sambil memberikan dua jempol kepada Justin.

      “Aku yakin kau tidak akan tahan tinggal dirumah ini.”ancam Justin.

      “Kau pikir ini acara Big Brother? Maaf saja ya, kau bukan tandinganku.”ejek Megan kesal seraya membuka pintu kamarnya dan segera memasukkan barang-barangnya kedalam kamar.

      “Berani sekali kau..”belum selesai bicara Megan sudah memotongnya.

      “Thank You Brother Bad Boys.”ucap Megan lalu membanting pintu kamarnya tepat didepan Justin.

      “Dasar perempuan.”gerutu Justin lalu berjalan menuju kamarnya.

***
      Suara garpu dan piring memenuhi ruang makan yang sederhana itu. Tepat didalamnya ada Megan, Justin dan kedua orang tuanya.

      “Bagaimana Megan, kau suka dengan kamar baru mu?”tanya Patricia mencoba memecah keheningan yang ada.

      “Dia tidak suka. Dia bilang ingin kamar berwarna hitam. Ia sangat benci warna biru.”sahut Justin. Megan terkejut mendengar ucapan Justin.

      “Iya kan adikku sayang?”tanya Justin pada Megan.

      “Tidak. Aku suka warna biru. Mengingatkanku pada warna mata mendiang ibuku.”jawab Megan dengan santai.

      Hening.

      David terus memandangi Megan  dengan tatapan-apa yang kau lakukan. Hingga putrinya itu melihatnya.

      Megan menghembuskan nafas. “Maaf.”ucapnya.

      “Ah, tidak apa-apa. Memang sulit melupakan orang yang kita sayangi.”kata Patricia.

      “Ya memang benar. Aku juga sulit melupakan ayahku.”sindir Justin dengan memberikan penekanan pada kata ‘ayah ku’.

      “Justin!”tegur ibunya.

      “Ups. Maaf.”ledek Justin.

      “Tapi orang yang kita sayangi sebaiknya tidak kita lupakan. Iya kan ayah?”tanya Megan pada ayahnya.

      “Megan!”

      “Aku hanya mengatakan sejujurnya. Ibuku memang tidak tergantikan. Tidak ada duanya. Sekalipun banyak wanita lain didunia ini.”jelas Megan.

      “Eh, aku permisi sebentar.”ucap Patricia lalu pergi.

      “Megan. Lihat, kau mengacaukan semuanya!”kata ayahnya.

      “Aku tidak menyangka akan memiliki adik sekasar dirimu. Ayah, apa kau tidak pernah mengajarinya sopan santun? Aku benar-benar tidak percaya ini!”tambah Justin.

      “Ya, terus saja menyalahkanku!”kata Megan tidak terima.

      “Kau memang pantas disalahkan, mengerti!”kata Ayahnya.

      “Kau, benar-benar keterlaluan Megan! Kau tidak tau perasaan wanita. Aku... aku tidak yakin jika kau wanita baik-baik seperti yang diceritakan ibuku selama ini!.”kata Justin terisak.

      Mata Megan membulat tidak percaya ketika melihat mata Justin yang berkaca-kaca. Kemudian air mata Justin mulai mengalir.

      “Aku akan bicara dengan mu nanti.”ucap ayahnya lalu pergi.

      “Kau keterlaluan.”kata Justin seraya meningalkan Megan.

***
      Megan berjalan dengan lesu menuju kamarnya sembari membawa seragam sekolahnya untuk besok. Walaupun ia tidak makan banyak hari ini, tapi ia sudah kenyang karena omelan ayahnya. Ia sudah menjelaskan semua yang ia alami saat datang dirumah ini hingga perkelahian dimeja makan tadi.

      Tangan Megan memegang handle pintu kamarnya lalu membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam. Ia benar-benar tidak percaya apa yang ia telah perbuat. Ia terpancing emosi karena Justin. Dan ia mengacaukan segalanya. Bahkan Justin sampai menangis, karena hal yang ia anggap sepele. Mungkin benar, Justin adalah orang baik-baik.

      Megan bergegas keluar kamar dan hendak meminta maaf pada Justin. Tapi saat ia membuka pintu, Justin sudah berdiri didepannya.

      “Justin.. aku benar-benar minta maaf atas kejadian itu. Aku tidak bermaksud melakukan itu semua. Aku juga tidak bermaksud menyakitimu. Sungguh. Aku minta maaf.”jelas Megan penuh penyesalan.

      Hening.

      Kemudian seulas senyuman licik terlihat jelas pada bibir Justin.
      “Akting mu boleh juga.”ucapnya.

      Megan melotot tidak percaya pada hal yang baru saja ia dengar.
      “Akting?”desah Megan.

      “Bukankah sudah kuperingatkan, jangan macam-macam dengan ku nona manis.”kata Justin puas.

      “J.. Jadi, kau menangis, dan itu hanya akting?”tanya Megan.

      “Jika sudah tau kenapa bertanya? Seperti orang bodoh saja!”jawab Justin.

      Mendengar jawaban seperti itu membuat darah Megan mendidih. Ia segera membanting pintu dihadapannya, namun sebelumnya Justin dengan segera mengganjal pintu itu dengan kakinya.

      “Tidak akan kubiarkan kau membanting pintu untuk yang kedua kali didepanku!”kata Justin dengan penuh kebencian.

      “Kau benar-benar licik!”kata Megan.

      “Lihat saja besok. Dihari pertama sekolah mu kau akan kupermalukan!.”ancam Justin lalu pergi. Megan segera menutup pintu kamarnya.

      Ia bersandar dibalik pintu. Justin benar-benar orang yang licik. Musuh Megan kali ini cukup tangguh. Tapi Megan tidak akan menyerah sebelum ia menang melawan Justin.

      ‘Bendera perang telah dikibarkan!’gumam Megan.

***
      “Baiklah, pagi ini aku harap kalian semua bisa menikmati hari yang baru.”ucap Patricia penuh semangat sembari menyantap pancake buatannya.

      “Megan, apa kau suka dengan seragam sekolah mu yang baru?”tanya Patricia pada putri barunya itu.

      “Ya, aku suka.”kata Megan sekenanya.

      “Baguslah. Karena sekolah mu dan Justin sama jadi kalian bisa berangkat bersama setiap hari.”tambah Patricia.

      Megan kembali tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. ‘Satu sekolah dengan Justin? Hell no!’. Ia memang tidak tau jika Justin mengenakan seragam yang sama dengan dirinya. Karena ia tidak sudi memandang Justin yang duduk disampingnya.

      “Aku bisa berangkat sendiri.”ujar Megan.

      “Tidak sayang. Kau belum tau sekolah baru mu. Justin, kau tidak keberatan kan jika berangkat bersama Megan?”tanya Patricia.

      “Ya, tidak masalah. Menghemat biaya.”sindir Justin. Lagi, ia memberi penekanan pada kata ‘menghemat biaya’.

      ‘Ia pikir aku barang kiriman? Atau seekor anjing? Menghemat biaya, awas saja kau!’

      Megan menghembuskan nafasnya kesal. Ia tidak ingin mengulang kejadian semalam. Kali ini ia memilih untuk mengalah. Hanya kali ini.

***
Wellllllllll to the welllllll wellll wellllll. Gimana? Asik? Aneh? Kurang panjang atau ancur bobrok?wqwq. oke berikan komentar mu yaaaaawww :3

Next secepatnya. See you.


Catatan:
Cerita ini udah pernah aku post di akunku wattpad.com/strawberryraindrops yang punya wattpad silahkan difollow nanti aku follow back :D

Selasa, 16 Desember 2014

Bieber Life/Love Story: Brother Bad Boys

 BROTHER BAD BOYS
Agustin Wahyuningtyas


Megan Alvord harus menerima kenyataan bahwa ia akan tinggal di Amerika dan harus meninggalkan London serta kenangan yang ada disana. Semua ini karena ayahnya yang menikah lagi dengan wanita bernama Patricia. Hal yang paling mengerikan baginya adalah memiliki kakak laki-laki bernama Justin yang sangat menyebalkan dan menjengkelkan. Well, bagaimana kisah mereka?

Jumat, 15 November 2013

Tips Menghadapi Guru Yang Pelit Nilai



Tips Menghadapi Guru Yang Pelit Nilai

Hallo Sahabat Blogger, kali ini gue datang dengan bawa tips yg gue rancang sendiri, ya mungkin belum terbukti, tapi apa salahnya dicoba? Well, check it out!

Tips Menghadapi Guru Yang Pelit Nilai
1. Dekati Beliau
Jika kamu ingin nilai mu bertambah, ya minimal pas KKM deh, jangan jauh-jauh dari guru, sebaliknya, kamu harus mendekati guru itu, bukan hanya dekat, tapi mungkin aja kamu disuruh-suruh guru beli ini itu, jalanin aja, siapa tau dengan begitu kemistri kalian jadi makin akrab *eh* dan kemungkinan karena kamu sering disuruh-suruh beliau bakal ngasih nila plus ke kamu. Contoh, nilai sikap. Bisa aja nilai sikap mu dirapor nanti jadi A karena deketin guru.

2. Jadi anak yang pinter
Udah pasti dapet nilai bagus kalau yang ini! Eitss, gak mesti. Pinter gak selalu dapet nilai bagus, kalo etikanya jelek? Pasti nilai sikap dirapor juga beda! Yang jelas, kamu harus rajin masuk sekolah, ikut pelajaran, gak bolos kelas, dan ngerjain tugas yg udah diberikan. Daaaaaaannnnnnnn 1 yang terpenting, kamu harus kerjain tugas dengan maksimal, tugas harus rapi + nggak telat dalam mengumpulkan tugas. Bisa jadi tugas kamu udah rapi, bagus, keluar duit banyak tapi telat ngumpulin, eh dikurangi deh nilainya, kan sayang!

3. Rajin Nyapa guru
Ini hampir sama dengan tips yang pertama, kalo kamu mau sih silahkan guru 1 sekolah disapa, jangan lupa senyum, salim juga. Siapa tau dengan begitu nilai sikapmu dapet A! Dicoba gak ada salahnya kan?

4. Sabar
Ini tips yang memakan waktu dan terkadang membuat kita kesal sendiri. Jika kamu udah nyoba ke 3 tips diatas, mungkin ini adalah tips yg terakhir, kalau nilai kamu masih tetep segitu aja padahal kamu udah usaha hingga titik darah penghabisan *eeeeeeeeaaaaaa* ya emang gurunya aja yang pelit kasih nilai! But, kamu harus tetep optimis. Nilai itu hanya bonus dari usaha kamu, yang terpenting adalah usaha kamu mendapatkan nilai itu. Lagian gak selamanya aljabar & logaritma muncul dalam setiap pekerjaan kan? Masa kamu jadi penyanyi musti ngerjain matematika? Gak banget kan.. Hahaha.
Well, sekian tips dari saya, semoga bermanfaat :)

Follow Me : @aagustinoo